Lampung, HARIANAKSARA.NET., merupakan salah satu provinsi penghasil kelapa sawit terbesar di Pulau Sumatera. Kontribusinya terhadap produksi nasional sangat signifikan, khususnya dari sektor perkebunan rakyat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kelapa sawit rakyat di Lampung pada tahun 2023 mencapai 209,3 ribu ton. Bahkan, produk turunan seperti Crude Palm Oil (CPO) juga menjadi salah satu komoditas ekspor utama dari provinsi ini.
“Komoditas ini bukan hanya menjadi andalan ekspor, tetapi juga sebagai penopang ekonomi daerah dan sumber penghidupan bagi ratusan ribu masyarakat, baik petani mandiri maupun pekerja sektor perkebunan,” jelas Dr. Ir. Mulyadi Irsan, M.T., Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Lampung, dalam Diskusi Sawit bertema ‘Ancaman Hilangnya Tenaga Pemanen Sawit’ yang didukung oleh BPDPKS dan berbagai perusahaan swasta.
Namun, Irsan menyampaikan bahwa saat ini industri sawit menghadapi tantangan serius, yaitu penurunan signifikan jumlah tenaga kerja pemanen sawit. Fenomena ini terjadi hampir di seluruh wilayah, termasuk di Lampung. “Jika tidak segera ditangani secara sistematis, kondisi ini dapat berdampak terhadap keberlangsungan produksi dan stabilitas industri sawit nasional,” tegasnya.
Generasi Muda Kurang Tertarik, Insentif dan Pelatihan Masih Kurang
Beberapa faktor penyebab krisis ini antara lain adalah:
- Minat generasi muda terhadap pekerjaan lapangan yang terus menurun,
- Minimnya pelatihan vokasi dan pendidikan berbasis keterampilan sawit,
- Belum optimalnya sistem insentif dan perlindungan tenaga kerja di sektor perkebunan sawit.
Pemerintah Provinsi Lampung menyatakan komitmennya untuk membangun sektor pertanian dan perkebunan yang berkelanjutan dan inklusif. Salah satu prioritas utamanya adalah penguatan sumber daya manusia (SDM), terutama dalam sektor-sektor strategis seperti kelapa sawit.
“Untuk itu, saya menyambut baik adanya kegiatan diskusi ini. Ini menjadi momentum menyatukan langkah lintas sektor,” kata Irsan.
Empat Strategi Kunci Hadapi Krisis Tenaga Kerja Sawit
Dalam paparannya, Irsan menyebutkan empat langkah strategis yang perlu dilakukan, yaitu:
- Meningkatkan pelatihan vokasi berbasis kompetensi dan teknologi terkini untuk tenaga kerja pemanen sawit.
- Menyusun kebijakan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja, agar sektor ini kembali diminati oleh kalangan muda.
- Mendorong mekanisasi dan inovasi teknologi pemanen sawit untuk menjaga produktivitas di tengah krisis tenaga kerja.
- Memperkuat sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, asosiasi, dan petani untuk memastikan keberlangsungan industri sawit nasional.
Sawit Bukan Hanya Soal Ekonomi, Tapi Ketahanan Sosial dan Energi
“Masa depan sawit di Lampung dan Indonesia sangat bergantung pada sejauh mana kita bisa menjaga keberlanjutan tenaga kerjanya. Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga menyangkut ketahanan pangan, energi, dan sosial. Oleh karena itu, saya mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama merancang langkah konkret dan inovatif. Sawit harus tetap tumbuh, rakyat tetap sejahtera, dan Lampung tetap menjadi kekuatan agribisnis nasional,” tutup Irsan.