JAKARTA, HARIANAKSARA.NET – Dalam rangka menyambut era baru pasca-pemindahan ibu kota ke Nusantara, Jaringan Masyarakat Madura Jakarta (JAMMA JAKARTA) menyelenggarakan Diskusi Publik bertema “Bersama Menata Jakarta: Kota Global yang Tidak Meninggalkan Warganya”, yang akan berlangsung pada Selasa, 5 Agustus 2025 di Gedung DHN 45, Jakarta Pusat.
Ketua Umum JAMMA JAKARTA, Edi Homaidi, menegaskan bahwa forum ini bukan sekadar ajang diskusi, namun merupakan ruang konsolidasi aspirasi rakyat untuk menyuarakan gagasan dan kritik konstruktif terhadap arah pembangunan Jakarta di masa depan.
“Jakarta harus tetap menjadi rumah yang layak bagi semua warganya. Kita tidak ingin Jakarta hanya menjadi kota global yang megah, namun di atas ketimpangan. Forum ini adalah upaya warga untuk ikut serta dalam menata Jakarta bersama para pemangku kebijakan,” jelas Edi.
Diskusi ini akan menghadirkan perwakilan Pemprov DKI Jakarta, aparat penegak hukum, pengamat tata kota, dan tokoh masyarakat sipil, serta membuka ruang partisipasi aktif dari komunitas akar rumput seperti pemuda, organisasi masyarakat, dan aktivis lingkungan.
Menegaskan Peran Warga dalam Pembangunan Jakarta
Menurut Edi, salah satu fokus utama forum ini adalah mendorong partisipasi warga, terutama dari wilayah padat penduduk dan komunitas marjinal, dalam proses perumusan kebijakan pembangunan.
“Kota global bukan hanya label, tapi harus diwujudkan lewat keberpihakan pada rakyat kecil, sistem transportasi terintegrasi, ruang publik yang sehat, dan tata ruang yang berkeadilan,” tambahnya.
Edi juga menegaskan dukungan penuh JAMMA JAKARTA terhadap visi Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung yang berfokus pada tiga pilar pembangunan: berkelanjutan, berkeadilan, dan berbasis partisipasi publik. Ia menyebut pendekatan ini sebagai cerminan dari cita-cita masyarakat Jakarta yang ramah, setara, dan manusiawi.
Sambutan Tegas dari DPRD: Jakarta Harus Jadi Kota Inovatif dan Berbudaya
Dalam acara tersebut, anggota DPRD DKI Jakarta Wa Ode Herliana, S.I.Kom juga menyampaikan pandangannya. Ia menekankan bahwa meskipun status ibu kota telah berpindah, Jakarta tetap harus menjadi pusat ekonomi nasional dan kota inovasi yang nyaman bagi semua.
“Jakarta ditantang menjadi kota global yang tidak meninggalkan warganya. Kita harus meningkatkan SDM, memberikan pendidikan terbaik agar warga mampu menguasai teknologi, dan menjadi bagian dari pembangunan kota,” ujar Wa Ode.
Ia juga menyoroti pentingnya identitas budaya lokal, khususnya budaya Betawi, yang harus tetap menjadi jiwa kota.
“Budaya Betawi adalah wajah Jakarta. Jika masyarakat menjadi pelaku budaya, maka akan tercipta kota yang sejahtera, berkarakter ramah, dan bergotong royong,” tambahnya.
Wa Ode juga menegaskan komitmennya sebagai anggota dewan untuk mengawal kebijakan anggaran dan program pemprov, termasuk memastikan program-program prioritas seperti lingkungan bersih dan sehat benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat.
Merumuskan Rekomendasi dan Tindak Lanjut
Forum ini ditargetkan menghasilkan rekomendasi kebijakan konkret yang akan diserahkan ke Pemerintah Provinsi dan DPRD DKI Jakarta. Selain itu, JAMMA JAKARTA akan melanjutkan agenda ini dengan serial dialog warga di wilayah padat penduduk, sebagai bentuk keberlanjutan advokasi dari bawah.
Diskusi publik ini menjadi salah satu inisiatif warga untuk memastikan bahwa transformasi Jakarta menuju kota global tetap berpijak pada prinsip keadilan sosial dan keberpihakan kepada rakyat.